sahabat-sahabat pembaca yang saya banggakan, lama nih saya gak nyoret-nyoret di dinding beranda. karena ada sedikit kesibukan, alhamdulillah dalam rutinitas saya yang sekarang bisa dibilang sedikit sibuk, atas izin Allah saya dapat menulis kembali. kali ini saya akan membahas tentang IHTISAB.
yuk sama-sama kita simak. . .!!!!
kalau bisa langsung di praktek ya..
selamaaaaaaat membaca. . .
Dalam setiap rutinitas yang kita lakukan setiap harinya kita
masing-masing memiliki kegiatan yang
berbeda-beda. Namun dalam perbedaan tersebut kita sama-sama memiliki kesempatan
dari setiap kegiatan kita untuk mendapat pahala dan dinilai ibadah disisi
Allah. Yakni dengan menerapkan konsep IHTISAB.
Apa itu IHTISAB. .. . .
.????
Menurut Ibnu Al-Atsir IHTISAB (mencari pahala) saat
melakukan amal-amal shalih dan saat menghadapi berbagai cobaan adalah inisiatif
untuk mencari pahala dan menggapainya dengan cara berserah diri dan sabar, atau
dengan menggunakan berbagai macam kebajikan menurut cara yang telah digambarkan
demi menjadi pahala yang diharapkan darinya (An-Nihaayah, Ibnu Al- Atsir,
jld. 1, hlm. 382)
“katakanlah, jika kamu
menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah
mengetahui”. (QS. Ali Imran [3] 29)
Setiap amal harus ada niatnya. Amal duniawi jika kita
niatkan untuk Allah maka akan dinilai ibadah disisi-Nya, begitu juga dengan
amal akhirat jika kita niat kan karena Allah maka kita akan mendapat
sesuai dengan apa yangan kita niatkan.
“barang siapa yang hijrah karena Allah dan
Rasulnya maka hijrahnya itu untuk Allah dan Rasulnya, dan barang siapa yang
hijrah karena kemegahan dunia atau karena wanita yang akan ia nikahi maka
hijrahnya itu untuk apa yang ia niatkan” (H.R Bukhari dan Muslim)
Dengan demikian niat itu sangat
penting. Niat itu berbeda-beda dan tingkatannya memiliki beberapa tahapan
antara satu orang dengan lainnya. Seperti jarak antara langit dan bumi.
Apabila kita berniat untuk Allah
dan negeri akhirat saat mengerjakan amal, maka kita akan memperolehnya. Dan
apabila kita meniatkan sesuatu untuk duniawi, maka terkadang kita memperolehnya
dan terkadang tidak.
“barang siapa mnghendaki kehidupan sekarang
(duniawi), maka kami segerakan baginya didunia itu apa yang kami kehendaki bagi
orang yang kami kehendaki” (Qs. Al-isra’ [17]: 18)
Allah tidak berfirman, kami
segerakan baginya apa yang diinginkannya, melaikan “apa yang kami
kehendaki”. Juga berfirman “bagi orang yang kami kehendaki”, bukan
untuk setiap orang. Jadi, apa yang disegerakan dan siapa yang yang segera
diberi itu dibatasi. Semuanya atas kehendak Allah.
Jadi, di antara manusia ada yang
diberi apa yang diinginkannya dari dunia, ada yang diberi sedikit darinya, dan
ada yang tidak diberi apa-apa. Inilah makna firman Allah, “apa yang kami
kehendaki bagi orang yang kami kehendaki.”
Sementara itu, amal yang diniatkan
untuk mencari ridho Allah dan negeri akhirat itu pasti membuahkan hasil (syarh
Riyaadh Ash- Shaalihiin, ibnu ‘Utsaimin, jld. I hlm. 13)
“dan barang siapa yang menghendaki kehidupan
akhirat dan berusaha kearah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin,
maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik”. (Qs.
Al-Israa’ [17]: 19)
terima kasih sudah mampir, untuk bersilaturrahmi silahkan hubungi lewat email apri_susandra@yahoo.co.id atau mampir di account facebook
Tidak ada komentar:
Posting Komentar